Kamis, 28 Mei 2009

RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG


VISI

Menjadi rumah sakit pusat rujukan dan pendidikan berwawasan global yang menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau oleh seluruh masyarakat.

MISI

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna dan rujukan yang berorientasi pada kebutuhan dan keselamatan pasien, berkualitas serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

2. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang berkualitas sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

3. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang sehat, terbuka, efisien, efektif, akuntabel sesuai ketentuan perundang – undangan.

4. Mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan kemampuan rumah sakit.

5. Menjalin dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan institusi dan organisasi profesi yang terkait dengan bidang kesehatan.

NILAI – NILAI ( VALUES )

- Disiplin.

- Profesionalisme.

- Manusiawi.

- Keterbukaan.

- Kebersamaan.

FILOSOFI

Dengan landasan kemanusiaan, motivasi, jujur, integritas yang tinggi akan mampu meningkatkan mutu pelayanan.

MOTO

Sahabat menuju sehat.

TUJUAN RUMAH SAKIT

1. UMUM

Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui fleksibelitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas serta penerapan bisnis yang sehat.

2. KHUSUS

Menjadi salah satu rumah sakit pusat rujukan dan pendidikan berwawasan global yang mampu menyediakan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau oleh seluruh masyarakat dalam rangka turut mewujudkan keadaan “ Indonesia Sehat 2010 “.



SEJARAH SINGKAT RUMAH SAKIT DOKTER

KARIADI SEMARANG

PERIODE 1925 – 1942 ( Masa Pemerintahan Hindia Belanda )

Pada tahun 1919 tercetuslah gagasan dan rencana dari dr. N.F. Liem untuk mengganti dan menggabungkan Rumah Sakit Kota ( “ Stadverband Ziekenhuis “ ) yang ada di Tawang dengan Rumah Sakit Kota Pembantu ( “ Hulp Stadverband Ziekenhuis “ ) di Alun – alun Semarang.

Rencana tersebut dapat diwujudkan dengan membangun sebuah rumah sakit yang lebih besar di kota Semarang. Pembangunan Rumah Sakit dimulai pada tahun 1920 dan selesai lima tahun kemudian.

Maka tepat pada tanggal 9 September 1925 lahirlah “ Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting “ yang terkenal dengan nama CBZ.

Pada waktu itu kapasitas rumah sakit adalah 500 tempat tidur. Tempat perawatan orang sakit terdiri dari bangsal – bangsal besar yang menampung empat puluh lima tempat tidur. Fasilitas ruangan tersebut disesuaikan dengan penghidupan kaum “ Indlander “ pada Zaman itu.

Beberapa spesialisme sudah ada, yaitu bagian penyakit dalam, bagian bedah, bagian kebidanan dan penyakit kandungan.

Rupa – rupanya perencana Ooiman Van Leeuwen dan Opzichter pelaksana Bapak Wijanarko sudah berfikir lebih jauh, sehingga dalam system bangunan – bangunan sudah tampak jelas pemisah antara poliklinik dan ruang perawatan nginap.

Keadaan ini mungkin dapat diketahui setelah mereka melihat dan mempelajari bangunan – bangunan untuk tempat perawatan orang sakit, sekaligus telah dibangun pula asrama – asrama, dapur, pencucian, laboratorium, kamar obat, kantor administrasi dan garasi.

Perumahan dokter dan karyawan perawatan dibangun mengelilingi rumah sakit, rupanya hal ini dirancang demi efisiensi. Tidak perlu sarana transportasi bagi pegawai yang memang masih langka pada zaman itu, disamping agar dapat dengan cepat bertindak dalam hal – hal yang bersifat gawat darurat.

Sarana olah ragapun tidak luput dari pemikiran mereka, maka dibangun pula lapangan sepak bola.

Direktur yang pertama memimpin rumah sakit ini ialah dr. N.F. Liem. Nama dr. Lie mini dan nama isterinya Liembergsma kemudian dipergunakan untuk nama jalan di kompleks perumahan tenaga perawatan.

Pada mulanya rumah sakit ini mengutamakan pada fungsi pelayanan medis berupa pengobatan kuratif dan fungsi pendidikan paramedis.

Dalam periode ini berdiri bagian – bagian yang baru, yaitu bagian mata, THT dan Kulit Kelamin. Hal ini dapat dilakukan berhubung dengan berdirinya Rumah Sakit Tentara di Semarang yang sudah mempunyai dokter ahli untuk bagian – bagian tersebut.

Pendidikan paramedic yang dizaman itu terkenal dengan nama “ Mantri Verpleger ( ster ) dan vroedvrouw “ makin hari makin banyak memikat hati anak – anak Bumiputra, walaupun mereka mengetahui betapa keras dan ketatnya disiplin yang dijalankan oleh zuster – zuster Belanda. Menjadi murid pada zaman itu harus mempunyai mental yang sangat kuat dan harus disertai fisik yang betul – betul sehat, karena didalam duapuluh empat jam harus bekerja dari jam 17.00 sampai jam 05.00 pagi hari berikutnya. Tidak sedikit yang dipecat karena kesalahan yang kecil saja. Tetapi hal ini membawa hal – hal yang positif dikemudian hari, karena mantri – mantri CBZ Semarang kualitasnya dapat dibanggakan.

Dibidang olah raga sepak bola, kesebelasan CBZ pernah mendapat tempat yang terhormat ditengah klub – klub yang ada di kota Semarang.

PERIODE 1942 – 1945 ( Zaman Pendudukan Jepang )

Pada masa pendudukan Jepang sejak tahun 1942 – 1945 rumah sakit tidak banyak mengalami perubahan. Penguasa Jepang membatasi diri, hanya meneruskan dan menjalankan usaha – usaha yang sudah ada.

Dalam periode ini yang perlu dicatat ialah pindahnya poliklinik ( 1944 ) dari tempat lama yang semula berdampingan dengan kantor administrasi yang sekarang ke tempat yang baru ( unit rawat jalan yang lama ).

Hal lain yang perlu dicatat bahwa pada masa tersebut tidak satupun orang Jepang yang bekerja di rumah sakit ini.

Hal ini sangat menguntungkan, karena dengan demikian pemuda – pemuda rumah sakit dapat lebih leluasa menggabungkan diri dengan pejuang – pejuang lainnya di kota Semarang.

Sesudah Jepang masuk, dokter – dokter Belanda ditawan dan untuk mengisi kekosongan pimpinan rumah sakit maka dr. Notokuworo bertindak sebagai Direktur. Tetapi tidak lama kemudian pimpinan rumah sakit dipegang oleh dr. Buntaran Martoatmodjo sampai tahun 1945.

Dari sini dapat dilihat bahwa sejak pemerintah Hindia Belanda menyerah pada Jepang, rumah sakit ini sudah dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri.

Pemerintah Jepang mengganti nama CBZ menjadi PURUSARA singkatan dari “ PUSAT RUMAH SAKIT RAKYAT “ yang dalam bahasa Jepang disebut “ Chuo Simin Byoing “.

PERIODE 1945 – 1950 ( Masa Revolusi / Peralihan )

Jepang kemudian dapat dikalahkan oleh Sekutu; dan pada saat yang bersamaan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Rupa – rupanya pihak Jepang hanya mau tunduk kepada Sekutu, akibatnya meletuslah pertempuran lima hari di kota Semarang.

Dokter M. Kariadi bersama delapan orang karyawan rumah sakit lainnya gugur sebagai pahlawan dalam masa pertempuran ini. Berhubung dengan itulah maka setiap tahun pertempuran lima hari di Semarang diperingati di rumah sakit ini.

Kedatangan NICA di kota Semarang tidak dapat ditahan lagi. Banyak dokter dan karyawan perawatan yang meninggalkan kota menuju daerah – daerah Republik. Kemudian banyak diantara mereka mendapat kedudukan yang baik di kalangan militer dan dibidang pemerintahan. Tetapi karyawan lainnya masih diizinkan tetap tinggal di rumah sakit sebagai non kooperator. Mereka tetap republikein di tengah – tengah kekuasaan NICA.

Berhubung dokter Buntaran sudah lebih banyak berada di Jakarta, maka sejak tahun 1945 sampai dengan 1948 rumah sakit ini dipimpin oleh dr. Soekarjo.

RIWAYAT SINGKAT PERTEMPURAN LIMA HARI DI SEMARANG (Khusus perjuangan karyawan Rumah Sakit Dr. Kariadi )

Pertempuran lima hari di Semarang yang meletus pada tanggal 14 Oktober 1945 malam, merupakan salah satu konsekwensi dari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peristiwa ini merupakan pertempuran antara pemuda – pemuda kita melawan tentara Jepang yang tidak rela melepaskan kekuasaannya. Pertempuran tersebut dirasakan diseluruh kota Semarang dan dihayati oleh segenap warga kota.

Sudah menjadi tradisi, bahwa pertempuran lima hari di kota Semarangsecara khusus diperingati juga di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang.

Sekarang timbul pertanyaan : “Apakah sebenarnya keistimewaan rumah sakit Dr. Kariadi dibandingkan dengan gedung – gedung lainnya di kota Semarang dan apa pula keistimewaan perjuangan karyawan – karyawannya pada masa pertempuran lima hari tersebut ? “

Jawaban pertanyaan ini hendaknya dicari dari fakta – fakta kejadian sebelum dan pada waktu pertempuran berlangsung, yaitu :

1. Sebelum meletusnya pertempuran tersebut di Rumah Sakit Dr. Kariadi tidak ada seorang Jepang pun baik sebagai dokter maupun sebagai petugas lainnya.

Karena itulah aula rumah sakit sempat dijadikan oleh pemuda – pemuda angkatan muda di Semarang sebagai tempat untuk mengatur strategi pertempuran melawan tentara Jepang yang dipimpin oleh Almarhum Dr. Darmasetiawan dan Dr. Subijakto, dll.

2. Selama pertempuran tersebut banyak pemuda dari berbagai angkatan yang dengan cara “ Spesifik Rumah Sakit “ dilindungi oleh karyawan rumah sakit sehingga mereka terhindar dari kekejaman tentara Jepang.

3. Sekiranya kompleks Rumah Sakit “ PURUSARA “ pada waktu itu kompleks perkampungan, sudah tentu pihak Jepang akan membakarnya habis karena aktifitas yang luar biasa, baik instansi maupun karyawannya melibatkan diri secara langsung dalam pertempuran tersebut.

4. Selang beberapa hari sesudah pertempuran, Bapak Presiden Soekarno berkenan mengunjungi rumah sakit Dr. Kariadi dan memberikan amanat kepada pemuda – pemuda rumah sakit agar disamping tugasnya sebagai karyawan rumah sakit, bilamana turut berjuang di front terdepan untuk membela Negara, bangsa dan tanah air.

Bertolak dari fakta – fakta tersebut maka diadakan peringatan secara khusus di rumah sakit Dr. Kariadi untuk memperingati pertempuran lima hari di kota Semarang.

Kejadian – kejadian di rumah sakit Dr. Kariadi pada masa pertempuran tersebut adalah sebagian kecil dari sejarah pertempuran lima hari di Semarang.

Dalam memperingati peristiwa tersebut kiranya perlu juga disorot secara khusus beberapa hal, yaitu :

a. Keadaan di Rumah Sakit Dr. Kariadi sebelum meletusnya pertempuran;

b. Kejadian – kejadian di rumah sakit selama berlangsung pertempuran;

c. Kejadian – kejadian sesudah pertempuran mereda.

Ad.a. Keadaan rumah sakit Dr. Kariadi sebelum meletusnya pertempuran.

Secara langsung ataupun tidak langsung pemuda – pemuda rumah sakit sudah mengadakan persiapan untuk melibatkan diri dalam pertempuran tersebut, karena :

1. Sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, pemuda – pemuda rumah sakit sudah mendapat latihan kemiliteran sebagai seinendan. Dengan demikian pemuda – pemuda kita tidak canggung lagi untuk memegang senjata.

2. Sesaat sesudah proklamasi banyak pemuda rumah sakit yang menjadi anggota angkatan muda di kota Semarang dibawah pimpinan Bambang Soeprapto dan Bapak Martadi. Dengan demikian sudah ada hubungan yang baik antara pemuda – pemuda rumah sakit dengan pemuda lainnya di luar rumah sakit sehingga memperlancar pelaksanaan tugas selanjutnya.

3. Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan negaranya tetap menggelora di setiap dada pemuda rumah sakit. Walaupun sebenarnya mereka dididik untuk tidak membedakan ras, bangsa, agama dan aliran, tetapi mereka tahu bahwa hal itu dapat dilakukan di ruang penderita, sedang di luar ruangan apalagi dalam hal mempertahankan kemerdekaan bangsa dan Negara, lain pula persoalannya.

4. Pada tanggal 12 Oktober 1945 atau dua hari sebelum pertempuran perebutan senjata dari pihak Jepang di Tangsi Jatingaleh oleh pemuda – pemuda kita dibawah pimpinan Bapak Mr. Wongsonegoro Gubernur Jawa Tengah pada waktu itu, pemuda – pemuda rumah sakit turut aktif yang dipelopori oleh Almarhum Sumarwan, dll.

Ad. b. Kejadian – kejadian di rumah sakit Dr. kariadi selama masa pertempuran.

1. Tanggal 14 Oktober 1945

a. Kira – kira jam 06.30 pemuda – pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di daerah rumah sakit, karena disinyalir adanya pengangkutan bahan makanan dan senjata keluar kota.

Pemuda rumah sakit menyita sebuah mobil sedan kempetai dan merampas senjata. Sore harinya pemuda rumah sakit turut aktif mencari dan mengambil orang – orang Jepang diserahkan ke penjara Bulu.

b. Kira – kira jam 23.00 pertempuran meletus.

c. Jam 23.30 korban pertama yaitu Dr. Kariadi, dating kerumah sakit akibat ditembak oleh tentara Jepang di Jl. Pandanaran sewaktu beliau akan memeriksa reservoir air minum yang menurut berita telah diracun oleh tentara Jepang.

Ketika tiba di kamar bedah, keadaan Dr. Kriadi sudah sangat gawat, sehingga beberapa saat kemudian meninggal dunia.

d. Malam itu juga terjadi pertempuran sengit di depan rumah sakit, tentara Jepang memberondong rumah sakit dengan senapan mesin sehingga seorang karyawan yaitu Sdr. Soedimin tertembak kakinya. Korban – korban dari tempat lain makin lama makin banyak, sehingga bangsal bedah penuh sesak bahkan banyak yang harus dirawat di kolong tempat tidur.

2. Tanggal 15 dan 16 Oktober 1945.

a. Rumah sakit dikepung oleh tentara Jepang, sehingga karyawan yang bertempat tinggal di luar kompleks rumah sakit tidak dapat masuk bekerja.

b. Dengan mengalirnya korban – korban pertempuran, maka karyawan rumah sakit bekerja sangat sibuk tanpa mengingat lelah, padahal tenaga yang tinggal sedikit itu sudah dibagi untuk mengisi kekosongan di bagian – bagian lain karena banyak pegawai tidak masuk.

c. Disamping merawat para korban, karyawan – karyawan rumah sakit juga sangat sibuk mengatur perlindungan bagi para pemuda dari angkatan muda BKR, Polisi istimewa, dll. Yang sudah kehabisan peluru dan bersembunyi di rumah sakit.

Mereka memberi pejuang – pejuang itu pakaian penderita, pakaian murid dan disuruh bekerja didapur, pencucian atau ditidurkan bersama penderita lain di ruangan.

3. Tanggal 17 Oktober 1945.

a. Berhubung dengan kesibukan yang sangat dan situasi disekitar rumah sakit yang gawat, karena setiap detik diintai oleh Jepang maka baru pada tanggal 17 Oktober 1945 jenasah Dr. Kariadi dapat dikebumikan; jadi tiga hari sesudah meninggal.

Upacara penguburan dilakukan secara khidmat oleh pemuda – pemuda rumah sakit dibawah naungan bendera sang dwi warna sekalipun acara tersebut diganggu oleh tembakan – tembakan yang dilancarkan oleh tentara Jepang.

b. Tentara Jepang menemukan dua mayat opsirnya didepan rumah sakit dan mereka melihat juga ,obil sedan kempetai yang dirampas oleh pemuda – pemuda rumah sakit disimpan di bagian pertukangan, sehingga mereka makin kalap dan mencurigai serta membenci seluruh karyawan rumah sakit.

Tentara Jepang mengadakan penggeledahan dan penangkapan karyawan rumah sakit termasuk dr. Soekarjo yang diambil dari rumahnya dan dibawa ke tangsi Jatingaleh. Tujuh orang diantaranya sampai sekarang tidak diketahui dimana dikuburnya.

4. Tanggal 18 Oktober 1945.

Keadaan masih tetap gawat dan tentara Jepang masih melakukan penangkapan karyawan rumah sakit termasuk dr. Sugondo dan dr. Sardjono.

5. Tanggal 19 Oktober 1945.

Pada hari terakhir pertempuran, para karyawan yang sedang bertugas di rumah sakit semuanya dikumpulkan dan diperiksa oleh tentara Jepang untuk mengetahui apakah mereka betul pegawai rumah sakit atau pelarian dari luar. Tetapi sore harinya tentara Inggris datang dan memerintahkan agar karyawan rumah sakit dilepaskan, karena penderita di rumah sakit menjadi terlantar.

Sore itu juga sebagian besar karyawan dikembalikan ke rumah sakit, tetapi sayang sebagian sudah terlanjur dimasukkan kamar tahanan, sehingga baru esok harinya dapat dikembalikan.

6. Selama lima hari pertempuran, para karyawan yang bertempat tinggal diluar rumah sakit tidak dapat masuk bekerja. Akibatnya dapur menjadi kosong, pencucian dan pertukangan kosong, padahal bagian – bagian tersebut sangat penting untuk sebuah rumah sakit. Para karyawan perawatan yang bertempat tinggal di kompleks rumah sakitlah yang kemudian mengisi kekosongan tersebut di samping melaksanakan tugas pokok di ruang penderita.

Ad. c. kejadian – kejadian di rumah sakit sesudah pertempuran.

1. Pada tanggal 21 Oktober 1945, pemuda – pemuda rumah sakit dibawah pimpinan Alm. Dr. Purnomo, dengan kendaraan truk yang berbendera palang merah berkeliling kota untuk mengambil mayat – mayat yang bergelimpangan di pinggir jalan dan di dalam selokan – selokan untuk kemudian dimakamkan; pekerjaan ini dibantu sepenuhnya oleh rakyat setempat.

Korban yang terbanyak terdapat disekitar daerah yang sekarang berdiri monumen Tugu Muda.

2. Kemudian diketahui bahwa karyawan rumah sakit yang telah menjadi korban dalam pertempuran tersebut berjumlah Sembilan orang, yaitu :

1. dr. M. Kariadi

2. sdr. R. Timur

3. sdr. Sumarwan

4. sdr. Kamidjo

5. sdr. Soekemi

6. sdr. Soetarno

7. sdr. Awang Abdullah

8. sdr. Waidjan

9. sdr. Kamidjan

3. Beberapa hari kemudian, Bapak Presiden Soekarno dating berkunjung kerumah sakit untuk menjenguk para korban pertempuran. Dalam kesempatan tersebut Bapak Presiden menyampaikan amanat kepada pemuda – pemuda khususnya pemuda – pemuda rumah sakit untuk selalu menunaikan tugasnya dengan sebaik – baiknya dalam merawat orang sakit. Tetapi bilamana perlu jangan ragu – ragu untuk turut berjuang di front terdepan guna membela Negara, bangsa dan tanah air.

PERIODE 1950 – sampai sekarang

Sesudah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia maka rumah sakit ini berganti nama menjadi R.S.U.P. singkatan dari RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Semarang, dan sejak tanggal 14 April 1964 diganti menjadi RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI ( SK. Menteri Kesehatan No. 21215/Kab/1964 ).

Mulailah para pemimpin rumah sakit memikirkan perkembangan dan pembangunan Rumah Sakit sesuai dengan tuntutan alam kemerdekaan.jumlah penduduk yang makin bertambah, pengertian masyarakat tentang kesehatan yang makin meningkat serta kemajuan dibidang ilmu pengetahuan kedokteran menuntut perlu segera penambahan – penambahan fasilitas, tetapi di pihak lain, keuangan pemerintah belum memungkinkan, maka pimpinan rumah sakit selalu dihadapkan kepada persoalan yang rumit.

Pembangunan harus dimulai dan memang telah dimulai. Walupun lambat tetapi pasti; pembangunan telah dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.

Kegiatan pelayanan yang menonjol :

1. Operasi Transplantasi Ginjal.

2. Operasi Transplantasi Sumsum Tulang.

3. Operasi Penyesuaian Kelamin.

4. Operasi Kembar Siam.

5. Operasi Jantung Terbuka.

6. Operasi Prothesa Penis.

7. Operasi Cangkok Hati.

8. Team Hospital Infection.

FASILITAS RS DOKTER KARIADI

1. Rawat Jalan.

2. Rawat Inap.

3. Rawat Intensif.

4. Rawat Darurat.

5. Unit Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.

6. Unit Geriatri.

7. Paviliun Garuda.

8. Rehabilitasi Medik.

FASILITAS PENUNJANG

1. Radiologi.

2. Pusat Diagnostik Klinik.

3. Laboratorium.

4. Farmasi.

MARI BEROBAT KE RS DOKTER KARIADI SEMARANG

DI SANA ADA KLINIK SPESILIS LHO … !?

“ PAVILIUN GARUDA “

GARUDA

Pavilion Garuda merupakan unit baru RS. Dr. Kariadi yang dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kedokteran spesialistik secara paripurna, professional dan bermutu serta beroirentasi pada kepuasan. Pavilion Garuda secara resmi mulai diuji cobakan pada tanggal 12 November 2001. Pelayanan di Paviliun Garuda saat ini didukung oleh dokter spesialis dan sub spesialis yang handal dan ahli dibidangnya serta petugas – petugas lain yang kompeten. Dengan konsep One Stop Service, Paviliun Garuda juga memberikan pelayanan Laboratorium, Radiologi dan Farmasi, sehingga seluruh kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan cukup diselesaikan di Paviliun Garuda.

Pelayanan Poliklinik Spesialis “ Paviliun Garuda “ :

1. Poliklinik

· Penyakit Dalam

· Kulit & Kelamin

· Telinga Hidung Tenggorokan

· Anak

· Bedah Syaraf

· Mata

· Bedah

· Gigi dan Mulut

· Kebidanan & Kandungan

· Kesehatan Jiwa

2. Poliklinik Khusus

· Poliklinik Monopouse

· Genetika

3. Pelayanan Penunjang

· Laboratorium

· Radiologi

· Apotik

Rawat Inap Paviliun Garuda

1. Kamar Perawatan Pav. Garuda terdiri dari :

· VIP A ( 16 Ruangan )

· VIP B ( 20 Ruangan )

· VVIP ( 10 Ruangan )

· President Suite ( 2 Ruangan )

2. Fasilitas Kamar

· Ruang ber AC

· Kamar mandi dalam dengan air panas / dingin

· Kulkas, TV, Telepon

· Kursi / Sofa untuk penunggu

DAFTAR TELEPON PAVILIUN GARUDA

· Management Pav. Garuda : 8413476 ext :7001

· Bagian Pendaftaran : 8453710 / 8413476 ext : 7005

· Kasir Pav. Garuda : 8413476 ext : 7700

· Nurse Station Lt 1 : 8413476 ext :7001 / 7774

· Nurse Station Lt 2 : 70790038 / 8413476 ext : 7001 / 7774

· Nurse Station Lt 3 : 8453712 / 8413476 ext : 7003